Jumat, 09 Januari 2015

Tugas 4

Apa yg dimaksud dengan masyarakat?
Menurut saya masyarakayat adalah sekelompok orang atau sekumpulan lebih dari satu orang yang hidup berkumpul atau berkoloni yang setiap saatnya melakukan interaksi sosial. Dan setiap orang yang hidup di masyarakat tak pernah bisa lepas dari hubungan interaksi sosial. Mereka pun tak bisa hidup sendiri. Didalam masyarakat biasanya ada pemuka agama,sekumpulan karang taruna,kumpulan remaja masjid dan lainnya.
Masyarakat (yang diterjemahkan dari istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau sebaliknya, dimana kebanyakan interaksi adalah antara individu-individu yang terdapat dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" berakar dari bahasa Arab, musyarakah. Arti yang lebih luasnya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah kelompok atau komunitas yang interdependen atau individu yang saling bergantung antara yang satu dengan lainnya. Pada umumnya sebutan masyarakat dipakai untuk mengacu sekelompok individu yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Syaikh Taqyuddin An-Nabhani seorang pakar sosiologi menjabarkan tentang definisi masyarakat, "sekelompok manusia bisa disebut sebagai suatu masyarakat apabila mempunyai pemikiran, perasaan, serta sistem atau aturan yang sama". Dengan kesamaan itu, manusia lalu berhubungan saling berinteraksi antara sesama mereka berdasarkan kepentingan bersama.
Masyarakat sering dikelompokkan berdasarkan cara utamanya dalam mencari penghasilan atau kebutuhan hidup. Beberapa ahli ilmu sosial mengelompokkan masyarakat sebagai: masyarakat pastoral nomadis, masyarakat pemburu, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif disebut juga sebagai masyarakat peradaban. Sebagian pakar beranggapan masyarakat industri dan post-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari kelompok masyarakat agrikultural tradisional.
Masyarakat bisa juga diorganisasikan atas dasar struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, suku, terdapat masyarakat band, chiefdom, dan masyarakat negara.
Kata society berasal dari kata latin, societas, yang mempunyai makna hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas berinduk pada kata socius yang memiliki arti teman, sehingga makna society berkaitan erat dengan kata sosial. Secara tersirat, kata society memiliki kandungan arti bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama. Baca juga untuk referensi anda tentang definisi sosiologi.


Unsur-unsur kebudayaan

 Unsur kebudayaan besar(cultural universal): dikemukakan oleh C. Kluckhon ada 7

1. Sistem religius (homo religius)

Merupakan produk manusia sebagai homo religius.

Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur tanggap bahwa diatas

kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang maha besar. Karena itu manusia takut sehingga

menyembahnya dan lahirlah kepercayaan yang sekarang menjadi agama.

2. Sistem organisasi kemasyarakatan (homo socius)

Merupakan prodak manusia sebagai homo socius.

Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki akal maka disusunlah organisasi

kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

3. Sistem pengetahuan (homo safiens)

Merupakan prodak manusia sebagai homo safiens.

Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri maupun dari orang lain.

4. Sistem mata pencaharian hidup dan system ekonomi (homo ekonomicus)

Merupakan produk manusia sebagai homo economicus, yaitu menjadikan tingkat kehidupan

manusia secara umum terus meningkat.

Ilmu Budaya Dasar Halaman 4 dari 8

5. Sistem peralatan hidup dan tehnologi (homo faber)

Merupakan produk manusia sebagai homo faber.

Bersumber dari pemikirannya yang cerdas dan dibantu dengan tangannya manusia dapat

membuat dan mempergunakan alat, dengan alat-alat ciptaannya itulah manusia dapat lebih

mampu mencukupi kebutuhannya .

6. Sistem bahasa (homo longuens)

Merupakan produk manusia sebagai homo longuens.

Wujud Kebudayaan

Prof. Dr. Koentjoroningrat menguaikan tentang wujud kebudayaan menjadi 3 macam yaitu:

1. Wujud  kebudayaan  sebagai  kompleks  dari    ide-de,  gagasan,  nilai-nilai,  norma-norma,

peraturan dan sebagainya.

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan. Sifatnya abstrak, tidak dapat diraba dan difoto.

Letaknya dalam alam pikiran manusia. Sekarang kebudayaan ideal ini banyak tersimpan dalam

arsip  kartu  komputer,  pita  komputer,  dan  sebagainya.  Ide-ide  dan  gagasan manusia ini  banyak

yang hidup dalam masyarakat dan memberi jiwa kepada masyarakat. Gagasan-gagasan itu tidak

terlepas satu sama lain melainkan saling berkaitan menjadi suatu sistem, disebut sistem budaya

atau cultural, yang dalam bahasa  Indonesia disebut adat istiadat.

Wujud  kedua  adalah  yang  disebut  sistem  sosial  atau  sosial  sistem,  yaitu  mengenai  tindakan

berpola    manusia  itu  sendiri.  Sistem  sosial  ini  terdiri  dari  aktivitas-aktivitas  manusia  yang

berinteraksi satu dengan lainnya dari waktu ke waktu, yang selalu menurut pola tertentu. Sistem

sosial ini bersifat konkrit sehingga bisa diobservasi, difoto dan didokumentir.

Wujud  ketiga  adalah  yang  disebut  kebudayaan  fisik,  yaitu  seluruh  hasil  fisik    karya  manusia

dalam  masyarakat.  Sifatnya  sangat  konkrit  berupa  benda-benda  yang  bisa  diraba,  difoto  dan

dilihat.  Ketiga  wujud  kebudayaan  tersebut  di  atas  dalam  kehidupan  ideal  dan  adat-istiadat

mengatur  dan  mengarahkan  tindakan    manusia  baik  gagasan,  tindakan  dan  karya  manusia,

menghasilkan  benda-benda  kebudayaan  secara  fisik.  Sebaliknya  kebudayaan  fisik  membentuk

lingkungan  hidup  tertentu  yang  makin  menjauhkan  mansia  dari  lingkungan  alamnya  sehingga

bisa mempengaruhi pola berpikir dan berbuatnya.

Adapun  unsur  kebudayaan  yang  bersifat  universal  yang  dapat  kita  sebut  sebagai isi  pokok tiap

kebudayaan di dunia ini, ialah:

1. Peralatan  dan  perlengkapan  hidup  manusia  sehari-hari  misalnya;  pakaian,  perumahan,

alat rumah tangga, senjata dan sebagainya.

2. Sistem  mata  pencaharian  dan  sistem  ekonom.  Misalnya;  pertanian  perternakan,  sistem

produksi

3. Sistem kemasyarakatan, misalnya kekerabatan, sistem perkawinan, sistem warisan

4. Bahasa sebagai media komunikasi, baik lisan maupun tertulis

5. Ilmu pengetahuan

6. Kesenian, misalnya seni suara, seni rupa, seni gerak

7. Sistem religi.

Masing-masing  unsur  kebudayaan  universal  ini  pasti    menjelma  dalam  ketiga  wujud  budaya

tersebut di atas, yaitu wujud sistem budaya, sistem sosial, dan unsur  budaya fisik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebudayaan

Kebudayaan  adalah  hasil  ciptaan  manusia  yang  hidup  dalam  masyarakat.  Dari  hidup

bermasyarakat  itulah  maka  timbullah  kebudayaan.  Hanya  saja  karena  manusia  yang  hidup

bermasyarakat itu terpencar-pencar di segala penjuru dunia, maka kebudayaan yang ditimbulkan

juga bermacam-macam pula.

Misalnya; semua bangsa menginginkan pakaian, rumah dan makanan. Tetapi pakaian, rumah dan

makanan yang diinginkannya itu bagaimana bentuknya, masing-masing bangsa berbeda-beda.

Contoh; pakaian nasional bangsa Eropa berbeda dengan pakaian bangsa Arab, dan berbeda pula

dengan bentuk pakaian bangsa Indonesia. Begitu pula bentuk rumah dan jenis makanan.

Apakah yang mempengaruhi perbedaan itu?

Dengan kata lain: faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembentukan kebudayaan itu?

Jelas ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

(+) Faktor alam (lingkungan geografis)

Yang  dimaksud  faktor  alam  atau lingkungan  geografis  adalah  faktor letak tata  bumi, termasuk

iklim,  alam  fisis  seperti  kayu,  batu  dan  sebagainya.  Faktor  alam  ini  umumnya  mempunyai

pengaruh  yang  besar  terhadap  pembentukan  suatu  kebudayaan.  Pengaruh  Islam  ini  tidak  saja

nampak pada kebudayaan kebendaan, tetapi juga pada kebudayaan kerohanian.

Misalnya;

1. Bangsa-bangsa  di  daerah  sekitar  kutub  utara,  berhubungan  keadaan  alamnya,  mereka

makan lemak, atau beruang es. Pakaian mereka dibuat dari kulit binatang dan tebal-tebal.

Rumah-rumah  dibentuk  dari  es.  Demikian  pula  kepercayaan,  perkawinan,  kehidupan

keluarga, semuanya disesuaiakn dengan alam sekelilingnya.

2. Sedang  bangsa-bangsa  di  daerah tropic, mereka makan  daging,  sayur-sayuran  dan  hasil

bumi. Alat-alat dibuat dari batu, kayu, besi dan lain-lain. Pakaian mereka tipis. Rumah-
rumah mereka dibuat dari kayu, bambu besi, batu dan lain-lain. Demikian pula kehidupan

keluarga, kepercayaan, perkawinan, upacara-upacara

Jelaslah kiranya, bahwa makan, pakaian dan hasil-hasil bumi lainnya yang terdapat pada bangsa-
bangsa  di  daerah  kutub  berlainan  sekali  dengan  di  daerah tropic,  dan juga  dipadang  pasir,  dan

seterusnya. Kepandaian membuat rumah dari kayu tentu terdapat pada daerah yang banyak kayu.

Kepandaian berburu terdapat pada daerah yang banyak binatangnya. Begitu seterusnya.

ORIENTASI NILAI BUDAYA

Menurut C. Kluckhon dalam karyanya Variations in Value Orientation sistem nilai udaya secara

universal menyangkut lima masalah pokok kehidupan manusia,yaitu :

- Hakekat Hidup Manusia hakekat, Hidup setiap kebudayaan berbeda secara exstern. Seperti

bcrusaha memadamkan hidup,menganggap kelakuan hidup tertentu sebagai suatu hal yang baik.

-Hakekat karya Manusia, Kebudayaan hakekatnya berbeda-beda ada yang bertujuan u-ntuk

hidup,dan lain sebagainya.

-Hakekat waktu Manusia, Hakekat waktu setiap budaya berbeda,ada yang mementingkan

orientasi masa lampau dan mementingkan orientasi masa kini.

-Hakekat Alam Manusia, Manusia memiliki anggapan yang berbeda,ada yang beranggapan

kebudayaan harus mengeksploitasi alam dan ada pula yang beranggap manusia harus harmonis

dengan alam.

-Hakekat Hubungan Manusia, Mementingkan hubungan antar sesamanya dan orientasi pada

tokoh,yang berpandanga individualis ditinggalkan saja.

Perubahan Kebudayaan

Faktor – faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru

Di antara berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya sesuatu unsur kebudayaan

baru atau asing dalam suatu masyarakat yang biasanya cukup berperan adalah:

1. Terbiasanya masyarakat tersebut mempunyai hubungan/kontak kebudayaan dengan orang-
orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut, yang mempunyai kebudayaan yang berbeda.

Sebuah masyarakat yang terbuka bagi hubungan-hubungan dengan orang yang beraneka ragam

kebudayaannya, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang bersikap terbuka terhadap

unsur-unsur kebudayaan asing. Sikap mudah menerima kebudayaan asing lebih-lebih lagi

nampak menonjol kalau masyarakat tersebut menekankan pada ide bahwa kemajuan dapat

dicapai dengan adanya sesuatu yang baru, yaitu baik yang datang dan berasal dari dalam

masyarakat itu sendiri, maupun yang berasal dari kebudayaan yang datang dari luar.

2. Kalau pandangan hidup dan nilai-nilai yang dominan dalam kebudayaan tersebut ditentukan

oleh nilai-nilai yang bersumber pada ajaran agama; dan ajaran ini terjalin erat dalam keseluruhan

pranata yang ada dalam masyarakat tersebut; maka penerimaan unsur-unsur kebudayaan yang

baru atau asing selalu mengalami kelambatan karena harus di sensor dulu oleh berbagai ukuran

yang berlandaskan pada ajaran agama yang berlaku. Dengan demikian, suatu unsur kebudayaan

baru akan dapat diterima jika unsur kebudayaan yang baru tersebut tidak bertentangan dengan

ajaran agama yang berlaku, dan karenanya tidak akan merusak pranata-pranata yang sudah ada.

3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan

baru. Suatu struktur sosial yang didasarkan atas sistem otoriter akan sukar untuk dapat menerima

suatu unsur kebudayaan baru, kecuali kalau unsur kebudayaan baru tadi secara langsung atau

tidak langsung dirasakan oleh rezim yang berkuasa sebagai sesuatu yang menguntungkan

mereka.

4. Suatu unsur kebudayaan baru dengan lebih mudah diterima oleh suatu masyarakat kalau

sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya

unsur kebudayaan yang baru tersebut. Di pedesaan di pulau Jawa, adanya sepeda sebagai alat

pengangkut dapat menjadi landasan memudahkan di terimanya sepeda motor di daerah pedesaan

di Jawa; dan memang dalam kenyataan demikian.

5. Sebuah unsur baru yang mempunyai skala kegiatan yang terbatas dan dapat dengan mudah

dibuktikan kebenarannya oleh warga masyarakat yang bersangkutan, dibandingkan dengan

sesuatu unsur kebudayaan yang mempunyai skala luas dan yang sukar secara konkrit dibuktikan

kegunaannya. Contohnya adalah diterimanya radio transistor dengan mudah oleh warga

masyarakat Indonesia, dan bahkan dari golongan berpenghasilan rendah merupakan benda yang

biasa dipunyai.

Dari beberapa pokok pembicaraan yang dikemukakan di atas berkenaan dengan penerimaan

unsur-unsur baru, dapat dikatakan bahwa inovasi bisa terdapat karena: 1) inovasi tersebut

bertentangan dengan pola-pola kebudayaan yang sudah ada; 2) kalau inovasi tersebut akan

mengakibatkan perubahan pola-pola kebudayaan dan struktur sosial yang sudah ada dan

menggantikannya dengan yang baru; 3) kalau inovasi tersebut bersifat mendasar berkenaan

dengan pandangan hidup atau nilai yang ada dalam masyarakat bersangkutan: misalnya “free

lover” untuk masyarakat Indonesia akan ditentang kalau harus diterima sebagai suatu cara hidup;

4) disamping itu bila inovasi itu dianggap terlalu mahal biayanya juga akan terhambat dalam

penciptaannya maupun dalam penyebaran atau difusinya, terkecuali kalau oleh kelompok yang

digolongkan sebagai “vested interests” inovasi tersebut dianggap menguntungkan maka inovasi

akan diterima.

Penerimaan atas unsur baru atau inovasi dapat mengakibatkan terwujudnya berbagai kekacauan

sosial yang merupakan perwujudan- perwujudan dari proses perubahan sosial, sebelum inovasi

tersebut diterima dengan mantap dan menjadi baku dalam tata kehidupan sosial yang berlaku

dalam masyarakat. Kekacauan sosial tersebut biasanya dinamakan sebagai disorganisasi sosial

(social disorganization). Dalam keadaan kekacauan sosial ini, aturan-aturan atau norma-
norma lama sudah tidak berlaku lagi atau sebagian-sebagian masih berlaku sedangkan aturan-
aturan atau norma-norma lama tersebut dalam mengatur kehidupan sosial warga masyarakat.

Sehingga dalam tahap ini terdapat semacam kebingungan atau kekacauan dalam berbagai bidang

kehidupan sosial.

Bila unsur-unsur baru telah mantap diterima dan norma-norma atau aturan-aturan baru telah

mantap menjadi pegangan dalam berbagai kegiatan sosial, maka dapatlah dikatakan bahwa

masyarakat tersebut telah mencapai tingkat tertib sosial lagi. Tidak selamanya suatu penerimaan

inovasi menimbulkan kekacauan sosial. Kekacauan sosial terwujud bila inovasi tersebut

menyebabkan adanya perubahan-perubahan yang mendasar pada pranata-pranata yang ada dalam

masyarakat yang bersangkutan.

Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial dan kebudayaan di masyarakat dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang

berasal dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat.

a . Sebab-Sebab yang Berasal dari Dalam Masyarakat (Sebab Intern)

Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang bersumber dari dalam masyarakat (sebab intern)

1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk.

2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang

bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk

penemuan lama (invention).

3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.

4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-
perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan

pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan

pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari

tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.

b . Sebab-Sebab yang Berasal dari Luar Masyarakat (Sebab Ekstern)

Perubahan sosial dan kebudayaan juga dapat terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari

luar masyarakat (sebab ekstern). Berikut ini sebab-sebab yang berasal dari luar masyarakat.

1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah

untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami

tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan

lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan

pada struktur dan pola kelembagaannya.

2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat me-nyebabkan

perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan

kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda

akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan,

maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka

disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari

kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan

asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.

Kaitan Manusia dengan Kebudayaan

Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa

walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan

kebudayaan, dan setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur manusia agar

sesuai dengannya.

Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan

hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai diaektis, maksudnya saling

terikat satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu:

a. Eksternalisasi, proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun

dunianya. Melalui eksternalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia.

b. Obyektivasi, proses dimana masyarakat menjadi realisasi obyektif, yaitu suatu kenyataan yang

terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan

segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.

c. Internalisasi, proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa

manusia mempelajari kembali masyarakatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik, sehingga

manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar